KONSEP DASAR KONSELING
A.
LATAR
BELAKANG
Kepesatan
perkembangan konseling dipacu oleh semakin meningkatnya konflik dan kecemasan
dalam kehidupan sehari-hari yang diakibatkan oleh perubahan sosial, kultur, dan
ekonomi yang begitu pesat. Perubahan pola keluarga, penerimaan masyarakat, atas
berbagi gaya hidup dan perilaku seksual, perubahan peranan pekerjaan, persepsi
baru tentang peranan wanita, meningkatknya populasi usia lanjut, meningkatnya
pecandu alkohol dan semacamnya yang semua memberikan konstribusi terhadap
kemungkinan meningkatnya konflik-konflik nilai dan moral dalam masyarkat pada
umumnya sehingga secara tidak langsung juga memberikan konstribusi terhadap
makin pesatnya perkembangan konseling.
Beberapa
negara makin menyadari bahwa masalah-masalah utama yang berkaitan dengan
perkembangan industri, perubahan ekonomi, dan kompleksitas teknologi bukan
hanya masalah-maslah teknis tetapi juga masalah-masalah instansi. Tidak heran
kalau negara-negara seperti Inggris, Perancis, Jerman, Jepang, negara-negara
Skandinavia, Filipina, Nigeria, dan banyak negara lainnya melihat peranan yang
dapat konselor mainkan dalam berbagi sektor dengan menggunakan berbagai tipe
proses bimbingan dan konseling guna mencapai tujuan-tujuan nasional dalam
pendidikan, transisi dari sekolah ke pekerjaan, kesehatan mental, warga negara
yang efektif, dan produktivitas kerja.
Sungguhpun
konseling sukar diteliti karena merupakan suatu proses yang kompleks dan
melibatkan hubungan-hubungan yang bersifat pribadi dan memelukan tingkat
keterampilan yang tinggi, tetap merupakan pekerjaan yang menyenangkan sekaligus
menantang yang menuntut (secara emosional dan intelektual) kepada kita untuk
memiliki pengendalian perilaku yang cermat, kepekaan terhadap manusia dan
masalahnya, dan keterampilan-keterampilan teknis yang memadai.
B.
PENGERTIAN
KONSELING
Ada
beberapa pengertian konseling menurut para ahli, diantaranya sebagai berikut.
1. C.
Patterson
Konseling
adalah proses yang melibatkan hubungan antarpribadi antar seorang terapis
dengan satu atau lebih klien di mana terapis menggunakan metode-metode
psikologis atas dasar pengetahuan tentang kepribadian manusia dalam upaya
meningkatkan kesehatan tentang kepribadian manusia dalam upaya meningkatkan
kesehatan mental klien.
2. Edwin
C. Lewis
Konseling
adalah suatu proses di mana orang ang bermasalah (klien) dibantu secara pribadi
untuk merasa dan berperilaku yang lebih memuaskan melalui interaksi dengan
seseorang yang tidak trelibat (konselor) yang menyediakan informasi dan
reaksi-reaksi yang merangsang klien untuk mengembangkan perilaku-perilaku yang
memungkinkannya berhubungan lebih efektif dengan dirinya dan lingkungannya.
3. The
American Personnel And Guidance Association (APGA)
Konseling
sebagai suatu hubungan antar seseorang yang terlatih secara profesional dan
individu yang memerlukan bantuan yang berkaitan dengan kecemasan biasa atau
konflik atau pengambilan keputusan.
Ada
beberapa ciri konseling menurut Patterson sebagai berikut.
1. Konseling
berkenaan dengan upaya mempengaruhi perubahan perilaku secara sukarela pada
diri klien.
2. Tujuan
konseling adalah menyediakan kondisi-kondisi yang memudahkan perubahan secara
sukarela.
3. Seperti
halnya dengan semua macam hubungan, tentu ada keterbatasan-keterbatasan tetentu
yang diberikan kepada klien.
4. Kondisi-kondisi
yang memudahkan perubahan perilaku diadkan melalui wawancara.
5. Mendengarkan
berlamgsung dalam konseling, tetapi tidak semua konseling adalah mendengarkan.
6. Konselor
memahami dirinya.
7. Konseling
dilakukan dengan menjunjung tinggi kebebasan pribadi dan pembicaraan dalam
hubungan konseling dijamin kerahasiaannya.
Adapun
ciri-ciri pokok konseling sebagai berikut.
1. Konseling
menuntut dilaksankannya oleh seorang konselor yang kompeten.
2. Konseling
melibatkan dua orang yang saling berinteraksi dengan jalan mengadakan
komunikasi langsung.
3. Model
interaksi dalam konseling itu tidak terbatas pada dimensi verbal tetapi juga
telah dikembangkan model interaksi konseling “multi dimensional”.
4. Interaksi
antara konselor dan klien berlangsung dalam waktu yang relatif lama dan terarah
kepada pencapaian tujuan.
5. Tujuan
dari hubungan konseling ialah terjadinya perubahan pada tingkah laku klien.
6. Konseling
merupakan proses yang dinamis, di mana individu (klien) dibantu untuk dapat
mengembangkan dirinya, mengembangkan kemampuan-kemmapuannya dalam mengatasi
masalah-masalah yang sedang dihadapi.
7. Konseling
didasari atas penerimaan konselor secara wajr tentang diri klien.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa konseling adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan melalui wawancara dan teknik-teknik pengubahan tingkah laku lainnya
oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu atau individu-individu
yang sedang mengalami masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah
yang dihadapi oleh klien.
C.
TUJUAN
DAN FUNGSI KONSELING
1. Tujuan
Konseling
Tujuan-tujuan
konseling adalah sebagai berikut.
a. Reorganisasi
kepribadian.
b. Menemukan
makna dalam hidup.
c. Penyembuhan
gangguan emosional.
d. Penyesuaian
terhadap masyarakat.
e. Pencapaian
aktualisasi diri.
f. Peredaan
kecemasan.
g. Penghapusan
perilaku maladapitf dan belajar pola-pola perilaku adaptif.
Walaupun
sudah ada gambaran bahwa tujuan-tujuan konseling yang beraneka ragam itu dapat
dilukiskan sebagai suatu kontinum, masih perlu dikaji secara rimci
tujuan-tujuan konseling tersebut. Ada berbagi pengelompokan tujuan-tujuan
konseling yang dibuat oleh Shertzer & Stone adalah sebagai berikut.
a. Perubahan
perilaku
Hampir semua pernyataan
tujuan konseling menunjukkan bahwa tujuan konseling adalah untuk menghasilkan
perubahan dalam perilaku sehingga memungkinkan klien hidup lebih produktif dan
mmeuaskan serta dapat menyesuaikan diri dengan baik di masyarakat.
b. Kesehatan
mental
Patterson menegaskan
bahwa tujuan konseling adalah pemeliharaan dan pemulihan kesehatan mental atau
harga diri yang positif.
c. Pemecahan
masalah
Maksud utama konseling
ialah membantu setiap klien yang meminta bantuan pemecahan masalah-masalah yang
dihadapinya.
d. Keefektifan
pribadi
Maksudnya adalah mampu
memperhitungkan diri, waktu dan tenaganya dan bersedia memikul resiko-resiko
ekonomis, psikologis, dan fisik.
e. Pengambilan
keputusan
Ada juga yang
berpendapat bahwa tujuan konseling ialah memungkinkan individu mengambil
keputusan-keputusan dalam hal-hal yang sangat penting bagi dirinya.
2. Fungsi
Konseling
Fungsi
konseling secara tradisional digolongkan menjadi tiga bidang fungsi yaitu
sebagai berikut.
a.
Remedial atau rehabilitatif
Peran
remedial berfokus pada penyesuaian diri, menyembuhkan masalah psikologis yang
dihadapi, mengembalikan kesehatan mental dan mengatasi gangguan emosial.
b.
Preventif
Upaya
preventif adalah suatu upaya untuk melakukan intervensi mendahului kesadaran
akan kebutuhan pemberian bantuan. Upaya preventif meliputi pengembangan
strategi-strategi dan program-program yang dapat digunakan untuk mencoba
mengantisipasi dan mengelakkan resiko-resiko hidup yang tidak perlu terjadi
seperti pembentukan kelompok belajar, kegiatan ekstrakurikuler, pemilihan
jurusan, pramuka, dan semacamnya.
c.
Edukatif atau pengembangan
Fokusnya
adalah membantu orang-orang meningkatkan keterampilan-keterampilan dalam
kehidupan, mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah hidup, dan membantu
meningkatkan kemampuan memghadapi transisi dalam kehidupan.
D. PRINSIP-PRINSIP KONSELING
1. Prinsip-prinsip
yang berkaitan dengan sasaran konseling
a.
Konseling melayani semua individu ,
tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku bnagsa, agama, dan status
sosial-ekonomi.
b.
Konseling berurusan dengan sikap dan
tingkah laku individu yang terbentuk oleh dari berbagai aspek kepribadian yang
kompleks dan unik, oleh akrean itu layanan konseling perlu menjangkau keunikan
dan kekompleksan pribadi individu.
c.
Agar layanan konseling dapat berjalan
optimal, perlu adanya pemahaman akan keunikan-keunikan yang dimiliki oleh
individu.
d.
Pelayanan konsleing perlu
mempertimbangkan aspek-aspek perkembangan individu.
e.
Meskipun individu cenderung serupa dalam
berbagai hal, namun perbedaan-perbedaan yang dimiliki individu harus tetap
dipahami dan dipertimbangkan.
2. Prinsip-prinsip
yang berkenaan dengan masalah individu
a.
Dibatasi pada pengaruh mental dan fisik
terhadap penyesuaian diri individu di rumah, di sekolah, serta dalam kaitannya
dengan kontrak sosial dan pekerjaan.
b.
Keadaan sosial, ekonomi dan politik yang
kurang menguntungkan merupakan salah satu faktor pada diri individu dan hal ini
semua menuntut perhatian seksama dari konselor dalam mengentaskan masalah
klien.
3. Prinsip-prinsip
berkenaan dengan program layanan
a.
Konseling merupakan bagian integral dari
proses pendidikan dan pengembangan, oleh karena itu program konseling harus
disusun dan dipadukan sejalan dengan program pendidikan dan pengembangan
masyarakat secara menyeluruh.
b.
Program konseling harus fleksibel,
disesuaikan dengan kondidi lembaga (misalnya sekolah), kebutuhan individu dan
masyarakat.
c.
Program pelayanan konseling disusun dan
diselenggrakan secara berkesinambungan kepada anak-anak sampai dengan orang
dewasa.
d.
Terhadap pelaksanaan konseling hendaknya
diadakan penilaian yang teratur untuk mengetahui sejauhmana hasil dan manfaat
yang diperoleh, serta mengetahui penyesuaian antara program yang direncanakan
dan yang dilaksankan.
4. Prinsip-prinsip
berkenaan dengan pelaksanaan konseling
a.
Layanan konseling harus diarahkan untuk
mengembangkan kemandirian klien dalam menghadapi dan memecahkan permasalahan
yang dihadapinya.
b.
Dalam proses konseling, hendaknya
keputusan yang diambil berdasarkan atas kemauan klien sendiri.
c.
Permasalahan khusus yang dialami oleh
klien harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dalam
permasalahan khusus tersebut.
d.
Pelayanan konseling harus dilaksanakan
oleh tenaga ahli yang telah memperoleh pendidikan dan latihan khusus dalam
bidang bimbingan dan konseling.
e.
Kerjasama antara konselor dengan guru
dan orang tua sangat diperlukan guna tercapainya tujuan konseling.
f.
Perlu memanfaatkan hasil tes psikologis
untuk menghimpun data yang nantinya akan memuat hasil pengukuran dan penilaian
diri klien.
g.
Tanggung jawab pengelolaan pelayanan
konsleing hendaknya diletakkan di pundak seorang pemimpin yang terlatih dan
terdidik.
h.
Penilaian secara periodik perlu
dilakukan terhadap pelaksnaan konseling yang sedang atau telah berjalan.
5. Prinsip-prinsip
konseling di Sekolah
a.
Konselor harus memulai karirnya sejak
awal dengan program kerja yang jelas dan memiliki persiapan yang tinggi untuk
melaksanakan program tersebut.
b.
Konselor harus selalu mempertahankan
sikap profesional tanpa mengganggu keharmonisan hubungan natara konselor dengan
personel sekolah lainnya dan siswa.
c.
Konselor bertanggung jawab untuk
memahami peranannya sebagai konselor profesional dan menterjemathkan peranannya
itu ke dalam kegiatan nyata.
d.
Konselor bertanggung jawab kepada semua
siswa, baik siswa-siswa yang gagal, yang menimbulkan gangguan, yang
berkemungkinan putus sekolah, yang mengalami masalah emosional, yang mengalami
kesulitan belajar, maupun siswa-siwa yang mengalami bakat istimewa, yang
berpotensi rata-rata, yang pemalu dan sebagainya.
e.
Konselor harus memahami dan
mengembangkan kompetensi untuk membantu siswa-siswa yang mengalami masalah.
f.
Konselor harus bekerjasma secara efektif
dengan kepala sekolah, memberikan perhatian peka terhadap kebutuhan, harapan,
dan kecemasan-kecemasannya.
E. KARAKTERISTIK KLIEN DAN KONSELOR
DALAM HUBUNGAN KONSELING
1. Karakteristik
Klien
a.
Kepribadian dan keberhasilan konseling
b.
Harapan-harapan klien
c.
Kebutuhan untuk berubah
d.
Kesukaan konselor terhadap konselor
pria/wanita
e.
Kesenangan
f.
Kesehatan mental
g.
Introveksi
h.
Ketergantungan
2. Karakteristik
Konselor
Murno,
dkk (1979) menyatakan bahwa tidak ada pola yang tegas tentang sifat-sifat atau
ciri-ciri kepribadian yang harus dimiliki oleh konselor hendaknya memiliki
sifat-sifat luwes, hangat, dapat menerima orang lain, terbuka, dapat merasakan
penderitaan orang lain, mengenal dirinya sendiri, tidak berpura-pura,
menghargai orang lain, tidak mau menang sendiri, dan objektif. Kemudian Murno
menguraikan tiga bidang konseling di mana sifat-sifat kepribadian itu menonjol
yaitu sebagai berikut.
a.
Konselor sebagai model
Karena
konselor sering dipandang sebagai model oleh siswa maka konselor harus menyadari
dan menerima dirinya, nilai-nilainya, dan berbagai tingkah lakunya sehingga
penampilan itu merupakan model yang mantap yang berguna bagi hubungan dan
pemecahan masalah secara efektif.
b.
Hubungan konseling
Konselor
yang efektif adalah mereka yang dapat menciptakan hubungan yang bersifat
membantu dan tanpa tekanan dengan kliennya, sehingga konselor dan klien itu
sama-sama dapat merasa tentram dan aman untuk saling berhubungan secara bebas
dan spontan.
c.
Keberanian melakukan konseling
Untuk
memberikan bantuan kepada orang lain konselor memerlukan keberanian dan
kepercayaan terhadap diri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar