Aku Pelangimu !!

Kamis, 17 Juli 2014

Konseling :)



KONSEP DASAR KONSELING
A.    LATAR BELAKANG
Kepesatan perkembangan konseling dipacu oleh semakin meningkatnya konflik dan kecemasan dalam kehidupan sehari-hari yang diakibatkan oleh perubahan sosial, kultur, dan ekonomi yang begitu pesat. Perubahan pola keluarga, penerimaan masyarakat, atas berbagi gaya hidup dan perilaku seksual, perubahan peranan pekerjaan, persepsi baru tentang peranan wanita, meningkatknya populasi usia lanjut, meningkatnya pecandu alkohol dan semacamnya yang semua memberikan konstribusi terhadap kemungkinan meningkatnya konflik-konflik nilai dan moral dalam masyarkat pada umumnya sehingga secara tidak langsung juga memberikan konstribusi terhadap makin pesatnya perkembangan konseling.
Beberapa negara makin menyadari bahwa masalah-masalah utama yang berkaitan dengan perkembangan industri, perubahan ekonomi, dan kompleksitas teknologi bukan hanya masalah-maslah teknis tetapi juga masalah-masalah instansi. Tidak heran kalau negara-negara seperti Inggris, Perancis, Jerman, Jepang, negara-negara Skandinavia, Filipina, Nigeria, dan banyak negara lainnya melihat peranan yang dapat konselor mainkan dalam berbagi sektor dengan menggunakan berbagai tipe proses bimbingan dan konseling guna mencapai tujuan-tujuan nasional dalam pendidikan, transisi dari sekolah ke pekerjaan, kesehatan mental, warga negara yang efektif, dan produktivitas kerja.
Sungguhpun konseling sukar diteliti karena merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan hubungan-hubungan yang bersifat pribadi dan memelukan tingkat keterampilan yang tinggi, tetap merupakan pekerjaan yang menyenangkan sekaligus menantang yang menuntut (secara emosional dan intelektual) kepada kita untuk memiliki pengendalian perilaku yang cermat, kepekaan terhadap manusia dan masalahnya, dan keterampilan-keterampilan teknis yang memadai. 



B.     PENGERTIAN KONSELING
Ada beberapa pengertian konseling menurut para ahli, diantaranya sebagai berikut.
1.      C. Patterson
Konseling adalah proses yang melibatkan hubungan antarpribadi antar seorang terapis dengan satu atau lebih klien di mana terapis menggunakan metode-metode psikologis atas dasar pengetahuan tentang kepribadian manusia dalam upaya meningkatkan kesehatan tentang kepribadian manusia dalam upaya meningkatkan kesehatan mental klien.
2.      Edwin C. Lewis
Konseling adalah suatu proses di mana orang ang bermasalah (klien) dibantu secara pribadi untuk merasa dan berperilaku yang lebih memuaskan melalui interaksi dengan seseorang yang tidak trelibat (konselor) yang menyediakan informasi dan reaksi-reaksi yang merangsang klien untuk mengembangkan perilaku-perilaku yang memungkinkannya berhubungan lebih efektif dengan dirinya dan lingkungannya.
3.      The American Personnel And Guidance Association (APGA)
Konseling sebagai suatu hubungan antar seseorang yang terlatih secara profesional dan individu yang memerlukan bantuan yang berkaitan dengan kecemasan biasa atau konflik atau pengambilan keputusan.
Ada beberapa ciri konseling menurut Patterson sebagai berikut.
1.      Konseling berkenaan dengan upaya mempengaruhi perubahan perilaku secara sukarela pada diri klien.
2.      Tujuan konseling adalah menyediakan kondisi-kondisi yang memudahkan perubahan secara sukarela.
3.      Seperti halnya dengan semua macam hubungan, tentu ada keterbatasan-keterbatasan tetentu yang diberikan kepada klien.
4.      Kondisi-kondisi yang memudahkan perubahan perilaku diadkan melalui wawancara.
5.      Mendengarkan berlamgsung dalam konseling, tetapi tidak semua konseling adalah mendengarkan.
6.      Konselor memahami dirinya.
7.      Konseling dilakukan dengan menjunjung tinggi kebebasan pribadi dan pembicaraan dalam hubungan konseling dijamin kerahasiaannya.
Adapun ciri-ciri pokok konseling sebagai berikut.
1.      Konseling menuntut dilaksankannya oleh seorang konselor yang kompeten.
2.      Konseling melibatkan dua orang yang saling berinteraksi dengan jalan mengadakan komunikasi langsung.
3.      Model interaksi dalam konseling itu tidak terbatas pada dimensi verbal tetapi juga telah dikembangkan model interaksi konseling “multi dimensional”.
4.      Interaksi antara konselor dan klien berlangsung dalam waktu yang relatif lama dan terarah kepada pencapaian tujuan.
5.      Tujuan dari hubungan konseling ialah terjadinya perubahan pada tingkah laku klien.
6.      Konseling merupakan proses yang dinamis, di mana individu (klien) dibantu untuk dapat mengembangkan dirinya, mengembangkan kemampuan-kemmapuannya dalam mengatasi masalah-masalah yang sedang dihadapi.
7.      Konseling didasari atas penerimaan konselor secara wajr tentang diri klien.
Jadi dapat disimpulkan bahwa konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara dan teknik-teknik pengubahan tingkah laku lainnya oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu atau individu-individu yang sedang mengalami masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
C.    TUJUAN DAN FUNGSI KONSELING
1.      Tujuan Konseling
Tujuan-tujuan konseling adalah sebagai berikut.
a.       Reorganisasi kepribadian.
b.      Menemukan makna dalam hidup.
c.       Penyembuhan gangguan emosional.
d.      Penyesuaian terhadap masyarakat.
e.       Pencapaian aktualisasi diri.
f.       Peredaan kecemasan.
g.      Penghapusan perilaku maladapitf dan belajar pola-pola perilaku adaptif.
Walaupun sudah ada gambaran bahwa tujuan-tujuan konseling yang beraneka ragam itu dapat dilukiskan sebagai suatu kontinum, masih perlu dikaji secara rimci tujuan-tujuan konseling tersebut. Ada berbagi pengelompokan tujuan-tujuan konseling yang dibuat oleh Shertzer & Stone adalah sebagai berikut.
a.       Perubahan perilaku
Hampir semua pernyataan tujuan konseling menunjukkan bahwa tujuan konseling adalah untuk menghasilkan perubahan dalam perilaku sehingga memungkinkan klien hidup lebih produktif dan mmeuaskan serta dapat menyesuaikan diri dengan baik di masyarakat.
b.      Kesehatan mental
Patterson menegaskan bahwa tujuan konseling adalah pemeliharaan dan pemulihan kesehatan mental atau harga diri yang positif.
c.       Pemecahan masalah
Maksud utama konseling ialah membantu setiap klien yang meminta bantuan pemecahan masalah-masalah yang dihadapinya.
d.      Keefektifan pribadi
Maksudnya adalah mampu memperhitungkan diri, waktu dan tenaganya dan bersedia memikul resiko-resiko ekonomis, psikologis, dan fisik.
e.       Pengambilan keputusan
Ada juga yang berpendapat bahwa tujuan konseling ialah memungkinkan individu mengambil keputusan-keputusan dalam hal-hal yang sangat penting bagi dirinya.


2.      Fungsi Konseling
Fungsi konseling secara tradisional digolongkan menjadi tiga bidang fungsi yaitu sebagai berikut.
a.       Remedial atau rehabilitatif
Peran remedial berfokus pada penyesuaian diri, menyembuhkan masalah psikologis yang dihadapi, mengembalikan kesehatan mental dan mengatasi gangguan emosial.
b.      Preventif
Upaya preventif adalah suatu upaya untuk melakukan intervensi mendahului kesadaran akan kebutuhan pemberian bantuan. Upaya preventif meliputi pengembangan strategi-strategi dan program-program yang dapat digunakan untuk mencoba mengantisipasi dan mengelakkan resiko-resiko hidup yang tidak perlu terjadi seperti pembentukan kelompok belajar, kegiatan ekstrakurikuler, pemilihan jurusan, pramuka, dan semacamnya.
c.       Edukatif atau pengembangan
Fokusnya adalah membantu orang-orang meningkatkan keterampilan-keterampilan dalam kehidupan, mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah hidup, dan membantu meningkatkan kemampuan memghadapi transisi dalam kehidupan.

D.    PRINSIP-PRINSIP KONSELING
1.      Prinsip-prinsip yang berkaitan dengan sasaran konseling
a.       Konseling melayani semua individu , tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku bnagsa, agama, dan status sosial-ekonomi.
b.      Konseling berurusan dengan sikap dan tingkah laku individu yang terbentuk oleh dari berbagai aspek kepribadian yang kompleks dan unik, oleh akrean itu layanan konseling perlu menjangkau keunikan dan kekompleksan pribadi individu.
c.       Agar layanan konseling dapat berjalan optimal, perlu adanya pemahaman akan keunikan-keunikan yang dimiliki oleh individu.
d.      Pelayanan konsleing perlu mempertimbangkan aspek-aspek perkembangan individu.
e.       Meskipun individu cenderung serupa dalam berbagai hal, namun perbedaan-perbedaan yang dimiliki individu harus tetap dipahami dan dipertimbangkan.
2.      Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan masalah individu
a.       Dibatasi pada pengaruh mental dan fisik terhadap penyesuaian diri individu di rumah, di sekolah, serta dalam kaitannya dengan kontrak sosial dan pekerjaan.
b.      Keadaan sosial, ekonomi dan politik yang kurang menguntungkan merupakan salah satu faktor pada diri individu dan hal ini semua menuntut perhatian seksama dari konselor dalam mengentaskan masalah klien.
3.      Prinsip-prinsip berkenaan dengan program layanan
a.       Konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan pengembangan, oleh karena itu program konseling harus disusun dan dipadukan sejalan dengan program pendidikan dan pengembangan masyarakat secara menyeluruh.
b.      Program konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kondidi lembaga (misalnya sekolah), kebutuhan individu dan masyarakat.
c.       Program pelayanan konseling disusun dan diselenggrakan secara berkesinambungan kepada anak-anak sampai dengan orang dewasa.
d.      Terhadap pelaksanaan konseling hendaknya diadakan penilaian yang teratur untuk mengetahui sejauhmana hasil dan manfaat yang diperoleh, serta mengetahui penyesuaian antara program yang direncanakan dan yang dilaksankan.
4.      Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelaksanaan konseling
a.       Layanan konseling harus diarahkan untuk mengembangkan kemandirian klien dalam menghadapi dan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
b.      Dalam proses konseling, hendaknya keputusan yang diambil berdasarkan atas kemauan klien sendiri.
c.       Permasalahan khusus yang dialami oleh klien harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dalam permasalahan khusus tersebut.
d.      Pelayanan konseling harus dilaksanakan oleh tenaga ahli yang telah memperoleh pendidikan dan latihan khusus dalam bidang bimbingan dan konseling.
e.       Kerjasama antara konselor dengan guru dan orang tua sangat diperlukan guna tercapainya tujuan konseling.
f.       Perlu memanfaatkan hasil tes psikologis untuk menghimpun data yang nantinya akan memuat hasil pengukuran dan penilaian diri klien.
g.      Tanggung jawab pengelolaan pelayanan konsleing hendaknya diletakkan di pundak seorang pemimpin yang terlatih dan terdidik.
h.      Penilaian secara periodik perlu dilakukan terhadap pelaksnaan konseling yang sedang atau telah berjalan.
5.      Prinsip-prinsip konseling di Sekolah
a.       Konselor harus memulai karirnya sejak awal dengan program kerja yang jelas dan memiliki persiapan yang tinggi untuk melaksanakan program tersebut.
b.      Konselor harus selalu mempertahankan sikap profesional tanpa mengganggu keharmonisan hubungan natara konselor dengan personel sekolah lainnya dan siswa.
c.       Konselor bertanggung jawab untuk memahami peranannya sebagai konselor profesional dan menterjemathkan peranannya itu ke dalam kegiatan nyata.
d.      Konselor bertanggung jawab kepada semua siswa, baik siswa-siswa yang gagal, yang menimbulkan gangguan, yang berkemungkinan putus sekolah, yang mengalami masalah emosional, yang mengalami kesulitan belajar, maupun siswa-siwa yang mengalami bakat istimewa, yang berpotensi rata-rata, yang pemalu dan sebagainya.
e.       Konselor harus memahami dan mengembangkan kompetensi untuk membantu siswa-siswa yang mengalami masalah.
f.       Konselor harus bekerjasma secara efektif dengan kepala sekolah, memberikan perhatian peka terhadap kebutuhan, harapan, dan kecemasan-kecemasannya.

E.     KARAKTERISTIK KLIEN DAN KONSELOR DALAM HUBUNGAN KONSELING
1.      Karakteristik Klien
a.       Kepribadian dan keberhasilan konseling
b.      Harapan-harapan klien
c.       Kebutuhan untuk berubah
d.      Kesukaan konselor terhadap konselor pria/wanita
e.       Kesenangan
f.       Kesehatan mental
g.      Introveksi
h.      Ketergantungan
2.      Karakteristik Konselor
      Murno, dkk (1979) menyatakan bahwa tidak ada pola yang tegas tentang sifat-sifat atau ciri-ciri kepribadian yang harus dimiliki oleh konselor hendaknya memiliki sifat-sifat luwes, hangat, dapat menerima orang lain, terbuka, dapat merasakan penderitaan orang lain, mengenal dirinya sendiri, tidak berpura-pura, menghargai orang lain, tidak mau menang sendiri, dan objektif. Kemudian Murno menguraikan tiga bidang konseling di mana sifat-sifat kepribadian itu menonjol yaitu sebagai berikut.
a.       Konselor sebagai model
Karena konselor sering dipandang sebagai model oleh siswa maka konselor harus menyadari dan menerima dirinya, nilai-nilainya, dan berbagai tingkah lakunya sehingga penampilan itu merupakan model yang mantap yang berguna bagi hubungan dan pemecahan masalah secara efektif.


b.      Hubungan konseling
Konselor yang efektif adalah mereka yang dapat menciptakan hubungan yang bersifat membantu dan tanpa tekanan dengan kliennya, sehingga konselor dan klien itu sama-sama dapat merasa tentram dan aman untuk saling berhubungan secara bebas dan spontan.
c.       Keberanian melakukan konseling
Untuk memberikan bantuan kepada orang lain konselor memerlukan keberanian dan kepercayaan terhadap diri sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar